Saturday, November 6, 2010

F

Family = Father. No
Father = Family!

Jumat minggu lalu, waktu pelajaran psikologi kepribadian (tentang Alfred Adler), Pak Didik nyuruh nulis tentang memori paling lampau yang kita inget. Pertama, aku langsung inget waktu TK, usia sekitar 5 tahun. Lalu aku mencoba menggali lagi, sampai teringat memori ketika usia sekitar 3-4 tahun.
Saat itu keluarga ku masih tinggal di rumah Pamulang. Kejadian yang kuingat adalah sewaktu siang, di hari libur (sepertinya antara Sabtu/Minggu), aku, Pras, bapak dan ibu sedang duduk-duduk di teras depan rumah. Yang paling kuingat adalah posisi duduk bapak, menyeder dinding, sambil merokok atau bermain batu dengan Pras dan aku. Ibu mondar-mandir antara ambang pintu dan dalam rumah.. Seperti Sabtu siang biasa, kami duduk bersantai, ngobrol, bermain dan menunggu penjual es krim walls/yakult atau tukang monyeeet! Wuhuuu yeaaa karena dulu sering nonton topeng monyet, aku jadi suka banget sama monyet. Bapak pun pernah beliin boneka monyet/gorila yg waktu itu tingginya sama kayak aku. Tapi sejak ret-ret smp kelas 9, dimana monyet peliharaan tempat ret-ret menjambak rambut ku, aku jadi ngga suka lagi sama monyet. Huh~ ngelantur deh...
Naaah dari cerita tentang ingatan paling lampau ku, Pak Didik menyimpulkan bahwa aku sangat mengutamakan keluarga. Katanya, unsur 'rumah' itu sangat kuat melambangkan keluarga. Duduk bersantai bersama keluarga lengkap yang masih terbayang olehku, menunjukkan bahwa keluarga sangat penting bagiku. Hal itu dapat dibuktikan bahwa diantara banyaknya memori tentang masa lampau, kejadian itulah yang paling aku ingat pada usia paling kecil (ingatan awal). Dan aku setuju bahwa keluarga ku adalah nomor 1.
Di samping itu, aku turut menyimpulkan arti bapak dalam hidup ku. Aduh akan mulai mellow nih, tapi yaudah... Dari memori tadi, figur yang paling jelas terbayang adalah bapak. Sepertinya hanya dia yang akan selalu aku ingat sampai mati. Sosoknya begitu kuat. Selaras hingga sekarang, betapa pengaruhnya sangat besar bagi ku. Hingga detik ini. Aku menyadari betapa bergantungnya aku pada nya. Betapa berharganya dia. Betapa beruntungnya aku, memiliki dia. Aku sangat bersyukur...
Beliau mengupayakan sekuat tenaga untuk membeli rumah di Jogja. Bukan hanya uang, keringat, otak yang terkuras, hingga kesehatannya diberikan untuk mengusahakan rumah Kopen. Beliau sangat menyadari kebutuhan Pras akan kenyamanan tinggal di rumah sendiri, demi menunjang sekolahnya. Ditambah dengan aku yang melanjutkan kuliah di Jogja. Tanpa mengenal lelah beliau membanting tulang hanya untuk kenyamanan hidup putra-putrinya. Hampir tak luput satu pun, permintaan kami (aku dan Pras) dikabulkan. Awal tahun ajaran ini, Pras dibelikan motor. Belum genap sebulan ini, beliau mengantarkan ku mobil. Speechles ...
Segala daya upaya nya sungguh terasa, saat ini. Ketika Gunung Merapi sangat aktif mengeluarkan awan panas hingga lahar dingin. Bencana alam yang sangat memilukan. Rumah (Opa) Kaliurang telah tertutup abu entah seberapa tebal. Semoga saja hingga kini keadaannya tidak seburuk keadaan di sekitarnya yang terlihat di layar tv. Para penghuninya masih mengungsi di rumah ku. Rumah ini terasa sungguh bermanfaat. Dengan keadaan seadanya, mereka merasa aman dan nyaman tinggal di rumah ini. Namun bagaimana keadaan kami sekarang, apabila rumah ini tidak dibeli...
Persis minggu lalu, hujan abu menutupi wilayah Yogyakarta. Abu vulkanik itu sangat berbahaya bagi pernafasan. Namun berkat mobil yang ku miliki, aku tetap dapat beraktivitas tanpa merepotkan banyak pihak. Aku merasa aman dan nyaman berkendara dengan mobil, di tengah keadaan kota abu. Namun bagaimana kelangsungan hidup ku, apabila beliau tidak mengantarkan mobil itu... Aku hanya akan gigit jari di rumah Mami, tidak tau harus bagaimana, tidak berbuat apa-apa.

Tuhan, aku sungguh bersyukur atas hidup ini, berkat nafas kehidupan yang masih Kau berikan. Damai sejahtera, aman sentosa dan kesehatan yang kurasakan. Terimakasih terutama atas keluarga yang senantiasa ada bersama ku. Kedua orangtua ku yang selalu mencintai dan ku cintai. Berkatilah mereka, jagalah mereka, berikanlah kesehatan dan perlindungan-Mu kepada mereka. Juga bagi para korban bencana Gunung Merapi. Berikan kenyamanan "keluarga" kepada mereka, seperti kebahagiaan "keluarga" yang selalu aku rasakan. Amin