Sunday, October 31, 2010

Merapi Meletus

Awalnya gue sangat excited untuk kuliah di UGM a.k.a Universitas di Kota Pelajar. Walaupun finally gue kuliah di Sanata Dharma, it's ok karena fakultas psikologi nya bagus, bermutu dan lingkungannya menyenangkan :)
Tapi belum genap 1 semester gue menetap di Jogja, Gunung Merapi udah meletus (26/10)... *speechless*
Pertamanya biasa aja. Di saat temen2 gue yang di UGM udah heboh nyari masker, gue yang rumahnya paling utara dari mereka (jakal km 7,8) masih santai-santai, leha-leha tiduran di kamar. Eeeh ternyata Merapi makin menjadi. Jumat (29/10) dini hari, kira-kira jam 2 pagi, rumah gue heboh. Mas Beni dan keluarga serta beberapa orang tak dikenal mengungsi di rumah gue. Yup! Rumah gue jadi tempat pengungsian.
#flashback# Waktu pertama kali mengeluarkan wedhus gembel, keluarga Kaliurang (Mas Beni, Mamako, ...) sempet ngungsi sementara di rumah gue. Kira-kira jam 11 malam gue terbangun dari tidur. Pas buka pintu kamar, gue tersentak. Kaget. Di ruang tengah banyak orang. Sangat tak terduga karena beberapa dari mereka ngga gue kenal. Tapi ya gpp lah menerima pengungsi. Mereka kan lagi kena musibah... Ada satu hal lucu yang baru gue sadari keesokan paginya. Waktu gue buka pintu kamar, gue lihat ada bule tidur di atas tiker, di ruang tengah rumah gue *hihihi unpredictable banget gue lihat pemandangan seperti itu* bule itu salah satu penghuni Vogels yang belum mau balik ke asalnya. Kata Mamako sih karena dia pengen liat Merapi meletus -_- bule yang aneh.
#lanjut# Hari Jumat kemaren, gue terjaga kira-kira sampe jam 4 pagi. Mas Beni masuk rumah gue loncat pager, karena kita yang di dalem udah tidur lelap dan dia dalam keadaan tergesa-gesa. Ketika itu Merapi meletus kira-kira pukul 00.40 sambil mengeluarkan hujan abu pekat. Jalanan parah. Porak poranda dimana-mana. Warga UII behamburan. Jarak pandang pengendara mobil tidak jelas. Yang dapat dilihat hanya seperti asap putih. Ada pengendara sepeda motor yang terjatuh, meminta tolong, namun tak seorang pun menolong karena masing-masing mementingkan keselamatan sendiri. Hujan abu menyelimuti hampir seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak terkecuali rumahku -___-" *parah*
Saat para pengungsi tiba, gue terbangun karena mendengar suara ribut-ribut. Malam itu Mbak Puspa nginep, tidur di kamar gue. Kami melihat teras dan halaman depan rumah, sudah tertutup abu. Menyedihkan, mengenaskan. Dan ketika itu, kami tidak memiliki persediaan masker. Untung abu nya tidak sampai masuk ke dalam rumah. Abu itu sangat berbahaya, bisa merusak paru-paru.
Keesokan paginya, Papi mengantarkan banyak masker darurat bikinan Mami. Kira-kira jam 11 siang, gue, Mas Rea dan Mbak Puspa keluar rumah menuju Jalan Magelang untuk mencari toko asesori mobil karena alarm mobil gue rusak *hh ada2 aja kan tuh, pas lagi keadaan hujan abu* Di mobil, kita tetep pakai masker. Jalanan masih berabu. Seluruh jalan yang kita lewatin terkena abu. Denger-denger sih sampe ke Kraton...
Parah deh, tahun ini letusan Merapi yang paling parah. Nggak berhenti-henti. Sampai siang tadi, kira-kira jam 3 sore pun, Merapi meletus lagi. Hadeeeh sampai kapaaaaaan ~
Dan bahkan, saat ini (20.05) gue denger di berita TV, Gunung Krakatau mengeluarkan awan panas. Nice! Apalagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ?

No comments:

Post a Comment